WEB BLOG
this site the web

Recent Photos

image
image
image

Entri Populer

...." Cerpen Sahabat.......''

“Warning! 1 hari lagi
Siapa yang menerima sms ini, harap berhati-hati.
Atau kalau tidak, sesuatu yang buruk akan terjadi!
Sms tersebut datang setiap pukul 00.01 malam secara berturut-turut,  setelah Erik menghadiri acara ulang tahun temen sekelasnya di SMA tiga hari yang lalu. Sms tersebut silih berganti memenuhi inbox tanpa adanya perubahan kata-kata, hanya angka hari yang terus berkurang dari 7 hingga angka 1 sampai saat ini. Entah ini merupakan sms teror atau hanya pengangguran saja. Yang mestinya selama enam hari berturut-turut Erik menganggap tak acuh sms yang terus menghantui di setiap sela-sela mimpinya.
Pagi benar Erik terlihat kaget bukan kepalang, setelah melihat berita dari liputan pagi, yang mengkabarkan adanya Pesan Pendek Profokasi yang menimbulkan hiruk-pikuk keharmonisan umat beragama pada minggu-minggu ini. Ia sadar, bahwa pesan pendek yang selama 6 hari ia terima, bukanlah sms pengangguran dari kerabatnya, melainkan sebuah ancaman yang harus diungkap keberadaannya. Dari situ, ia pun memutuskan untuk melaporkan ke kantor polisi terdekat demi keselamatan diri juga keluarganya.
Kira-kira saat matahari mulai terlihat memutih sutra (sekitar pukul Sembilan pagi) Erik beranjak pergi ke kantor polisi. Dengan kemeja favoritnya yang berwarna biru keunguan, ia gunakan sepeda motor hadiah dari ayahnya, dengan maksud, setelah pulang dari kantor polisi ia akan menjemput dan menraktir adik satu-satunya di salah satu Rumah Makan Padang yang berada di kota Sumedang.
Pukul sepuluh pagi tepat, Kantor Polisi terlihat begitu padat dikerumuni segenap pengguna jasa berkendara, khususnya mereka yang belum memiliki Surat Izin untuk Mengemudi. Hal ini membuat hati Erik mendua, antara menunda atau mengantri panjang untuk melaporkannya. Ia pun akhirnya duduk termenung ragu-ragu jika hal tersebut hanyalah sms usil dari temannya.
Sekitar satu jam lamanya, Erik termenung di tempat pengantrian. Para pengantri pun berlalu-lalang meninggalkan Erik sendirian.
“Ehm! Maaf dek, ada yang bisa kami bantu?” tanya Pak Polisi yang berada di depannya dengan senyuman yang dibuat-buat.
“E-enggak. Cuma nganter teman barusan. Permisi!” jawab Erik, gugup tak tahu apa yang mau diomongkan.
Ia pun langsung beranjak dari tempat pengantrian membuntuti pemudi yang kebetulan berjalan keluar menyendiri.
Sesampai di pintu gerbang.
“Bego-bego-bego-bego-bego! Kok begini jadinya… errrrggghh…” geram Erik serambi menggaruk-garukkan jarinya ke belakang kepala.
 “Dek?” terdengar suara lelaki menepuk bahu Erik yang membuat dirinya kaget.
“I-iya, ada apa pak?” jawab Erik yang kaget dengan hadirnya seorang polisi yang baru saja Ia bohongi.
“Mm maaf, apa betul ini kunci motor adek?” tanya pak polisi tersebut sambil memperlihatkan di tangan kanannya.
“Iyya pak. Betul! Itu kunci motor saya, heheh.” jawab Erik garuk-garuk kepala sambil tersenyum simpul malu dengan kelalaiannya.
“Hmm… Besok kalau mau ninggalin sekalian motornya saja, ya!” bisik pak polisi serambi memberikan kuncinya kepada Erik.
Erik pun hanya bisa nyengir kucing, mati kutu tanpa kata.
“Pak!” sapa Erik menghalangi pak polisi yang baru saja hendak pergi.
“Iya?” jawab pak polisi mengkerutkan keningnya.
“Maaf pak, ma-mau nanya, boleh ndak pak?” kata erik ragu-ragu.
“Silahkan…!”
“Hmm.. anu pak, minggu-minggu ini, saya mendapat sms aneh dari nomor yang tak dikenal. Sebelumnya saya anggap sms tersebut sms pengangguran. Namun, setelah 6 hari berturut-turut datang tiap pukul 00.01 malam, perasaanku jadi takut pak. apalagi setelah ku baca Koran yang mengkabarkan adanya sms profokasi pada minggu-minggu ini? Hi… Menurut bapak gimana pak?” tanya Erik mencoba menjelaskan kejadian yang sebenarnya.
“Hmm? Gini aja, bapak bisa menjelaskannya lebih rinci di dalam kantor?”
“Waduh pak, saya harus jemput adik di Sekolah sekarang!”
“Oo.. ya udah, mungkin setelah itu, atau nanti sore mungkin?”
“InsyaAllah, makasih pak.”
“Sama-sama, hati-hati di jalan.”
Erik hanya tersenyum tanpa membalikkan mukanya, karena keburu-buru dikejar waktu.
*** *** ***
 Hari mulai senja, hati Erik mulai terasa lega setelah membagikan masalahnya pada seseorang yang ia anggap dapat dipercaya. Namun Ia tetap waspada kalau detik-detik ini ada hal terjadi yang tidak diinginkannya.
“Rik… mama tinggal dulu ya… Mama mau nyari makan buat ntar malem sama adik. Kamu jaga rumah ja, jangan kemana-mana!” terdengar seruan ibu Erik dari halaman rumah.
“Iyo!” jawab Erik tanpa memalingkan mukanya sedikitpun dari layar komputernya.
“Kak, kakak. Tolong jagain HP Myra di atas meja ya… oya, kalau udah penuh tolong cooption, trus kalau ada yang SMS atau miss call, bilang ja Myranya lagi ndak ada, ok….!” cakap Myra yang datang-datang langsung menjewer pipi Erik kemudian pergi lagi.
“Bego? emang kakak pikirin? paling pulang-pulang juga sudah ada di tong sampah?” jawab Erik, kesal dengan kelakuan adik satu-satunya yang centil.
Myra cuma menguping omelan kakanya di dekat pintu. Kemudian diam-diam menghampiri kakaknya dari belakang.
“Kena….. hag.hag.hag.hag.” puas Myra mencubit pipi kakaknya untuk kedua kalinya.
“E-e-eh. Uda-uda-udah! kakak siram ni ntar pake kopi?”
“Mir…, cepetan sudah gelap. Keburu warung ditutup!” teriak ibu Erik memanggil adiknya si Myra.
“Iya bu. Sebentar lagi…” jawab Myra sambil menonton kakaknya yang lagi asyik main game.
“Tu-tu-tuh. Sudah dipanggil ibu tuh. Sana cepetan…” kata Erik mencoba membujuk adiknya untuk cepet-cepet pergi.
Myra pun beranjak pergi. Namun sebelum meninggalkan kakaknya sendiri, tangannnya yang usil belum puas untuk mengganggu kakaknya yang lagi asyik mempermainkan stik. Ia pun mencubit untuk ketiga kalinya kemudian lari pergi.
“Kak, hati-hati ada pocong!” kata Myra mencoba menakut-nakuti kakaknya yang hendak ditinggal sendiri.
“Brek!” suara pintu yang ditutup sedikit keras oleh Myra.
Seketika suasana menjadi hening, perkataan Myra yang sempat melintas di telinga, membuat bulu kuduk Erik merinding. Ia pun menghentikan permainannya sejenak dan menatap jarum jam yang menunjukkan pukul 20.45 malam.
“Klontennnngggg……” suara rantang jatuh terdengar dari dalam kamar mandi.
Sesaat bulu kuduk Erik berdiri, dan degup jantungnya yang semakin mengguncang, Erik hanya diam terbengong menunggu suara kelanjutan dari rantang yang menakutkan.
“Drrrttt….drrrttt….drrrttt…..[3x]” terdengar HP ibunya ada yang memanggil.
“Ayah?” bisik Erik mengkerutkan keningnya. Ia pun langsung menerimanya.
“Hallo Assalamualaikum. Mah, papa tak bisa makan malam bersama malam ini. Di kantor masih ada pekerjaan yang perlu papa selesaikan. Jadi papa bisa pulang mungkin jam satu lewat sekian, ndak apa-apa kan ma?” terdengar suara ayahnya dari HP.
“Hallo mah. Mah? Kok tak dijawab?” tanya ayah Erik heran lima detik tak ada jawaban.
“I-iya. Maaf pa, ini Erik. Mama lagi pergi beli makan sama adik.” jawab Erik ragu-ragu.
“Oo.. ya udah. Entar bilang sama mama ja ya! Assalamu`alaikum…” pinta ayahnya yang terdengar keburu-buru.
 “Plut” percakapan mereka terputus. Erik pun tak sempat tuk menjawab salam.
Suasana kembali hening. Sehening ruangan kosong yang tak terhuni. Hanya, desiran air yang terus keluar dari keran memenuhi bak mandi. Perhatian Erik pun beralih pada bunyi rantang yang belum lama terjatuh di kamar mandi.
Dengan tekad yang tersisa di lubuk hati, Erik memberanikan diri tuk melangkah menuju ke kamar mandi.
Di situ Erik mendapatkan keran yang masih terbuka lebar mengalir air deras yang terus membanjiri isi bak mandi. Ia pun semakin percaya, bahwa bunyi rantang yang belum lama terngiang, bukanlah ulah maling yang mecoba menyelundup hendak mencuri, melainkan aliran air yang terus menggeser dan menjatuhkannya dari tempat semula.
Ketika hendak menutup keran, terasa ada telapak tangan yang hinggap di bahu kanannya. Ia pun terloncat kaget bukan main. Bagai kucing yang ditikam anjing.
“Heiss!! taghfirullahaladziim…. Ku kira apa pak? Huft…” kaget Erik dengan kehadiran dua polisi yang sudah berdiri di belakangnya.
“Hehe.. maaf, tadi kami ketuk tak ada jawaban, jadi kami terpaksa masuk takut terjadi apa-apa pada kalian. Ade sendirian di rumah?” tanya pak Trisno yang merupakan polisi yang ku ajak kompromi mengenai masalah ini.
“Iya pak. Ibu dan adikku sedang pergi. Sedang ayah, belum pulang dari kantor. Mari pak kita ngobrolnya di depan aja.” Ajak Erik kedua tamunya menuju raung tamu.
Kedua polisi tersebut pun mengikuti di belakang Erik menuju ke raung tamu.
Di ruang tamu, mereka membicarakan masalah pesan pendek yang menjadi bahan pembicaraan pada minggu-minggu ini. Khususnya sms profokasi yang sempat menggegerkan keharmonisan antar umat beragama.
Kira-kira pukul 22.20 obrolan mereka terputus oleh kehadiran ibu Erik yang tercengang melihat anak laki-lakinya ditemani dua polisi. Kerut keningnya pun menggambarkan ribuan pertanyaan yang hendak dilontarkan kepada Erik yang terlihat bingung karena belum menceritakan kejadian tersebut kepada keluarganya.
Namun hal itu bisa Ia atasi setelah Erik menjelaskan kejadian yang sesungguhnya. Dengan rasa takut dan penasaran, akhirnya, keluarganya pun ikut berpartisipasi untuk ikut menemani Erik begadang hingga larut malam.
 45 menit telah berlalu. Terlihat mata mereka dilanda oleh kantuk yang begitu berat. Apalagi adik Erik si Myra yang terlihat telah tidur pulas di kursi sofa. Sedang kedua polisi Pak Trisno juga Pak Reza, terdengar masih asyik ngobrol di beranda rumah yang didampingi makanan ringan juga secangkir kopi. Adapun Erik, ia hanya terus memandang lajunya arah jarum jam seraya mencuri pandang terhadap ibunya yang terlihat menahan kantuk berat karena kecapean.
“Ma-ma-ma-ma-ma-ma. tolonglah aku yang sedang bingung…..” terdengar bunyi rington sms Erik yang berjudul dokter cinta, Erik pun bergegas untuk membacanya.
“Rik, dari siapa?” Tanya ibunya yang terlihat sudah segar kembali mendengar bunyi rington anaknya.
“Dari nomer kemaren bu.” Jawab Erik kebingungan untuk membukanya.
“Apa katanya?”
Erik pun membacanya tanpa suara sebelum memberi tahu pada ibunya.
Hallo kak! gmn kbar?
Moga ja, jantung kakak msih brdebar. Hehe..
6 hri sdah Q kirim mz wat kakak tiap dini hari.
Namun, karna karang gw tak tahan ge menahan kantuk.
Q kirim smz terakhir lebih awal satu jam.
aQ jg yakin, pasti kakak dah lama menunggu kan…?
Haghaghag….. [ hanya canda.com ]
                                                                Adikmu
                                                               
                                                     Amyra Risdiyawati


 

W3C Validations

Cum sociis natoque penatibus et magnis dis parturient montes, nascetur ridiculus mus. Morbi dapibus dolor sit amet metus suscipit iaculis. Quisque at nulla eu elit adipiscing tempor.

Usage Policies